Tausiah Ramadhan: Tujuh Jurang Kehancuran

Galagah (MIN 19 HSU) – Dalam rangka memeriahkan bulan suci Ramadhan, Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 19 Hulu Sungai Utara (HSU) mengadakan acara tausiah yang dihadiri oleh peserta didik dan tenaga pendidik. Acara tausiah yang berlangsung di aula madrasah ini disampaikan oleh tenaga pendidik, Pathurahman, Jumat (14/03/2025).

Dalam tausiah yang bertema Tujuh Jurang Kehancuran (As-Sab’u Al-Mubiqat), Pathurahman mengingatkan kepada murid-murid untuk mewaspadai perbuatan yang dapat mengantarkan pada kebinasaan, terutama di bulan yang penuh berkah ini.

Pathurahman menegaskan bahwa salah satu perkara yang sangat perlu dihindari adalah syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya. “Syirik merupakan dosa terbesar yang dapat mengarah pada kehancuran baik di dunia maupun akhirat. Kita harus selalu menjaga keimanan dan tauhid, agar tidak terjerumus ke dalam dosa yang dapat merusak hubungan dengan Allah,” ujarnya.

Selain itu, sihir atau penggunaan ilmu hitam juga ditekankan sebagai perbuatan yang dapat membawa kerusakan besar. Pathurahman menyatakan bahwa mempercayai atau mempraktikkan sihir dapat memutuskan hubungan seseorang dengan Allah, serta membawa dampak negatif dalam kehidupan sosial.

Membunuh jiwa tanpa hak menjadi salah satu hal yang harus dihindari, menurut Pathurahman. Tindakan ini tidak hanya bertentangan dengan ajaran Islam, tetapi juga mendatangkan kehancuran bagi pelaku dan lingkungan sekitarnya. Pathurahman menekankan pentingnya menjaga kehidupan setiap individu sebagai bentuk penghormatan terhadap hak-hak manusia.

Dalam tausiah tersebut, Pathurahman juga menyoroti perbuatan riba, yang merupakan praktik ekonomi dengan bunga yang dilarang dalam Islam. Riba tidak hanya merugikan pihak yang terlibat, tetapi juga dapat menyebabkan ketidakadilan dan kesenjangan sosial yang lebih dalam.

Selanjutnya, Pathurahman mengingatkan agar umat Islam tidak mengambil harta anak yatim secara zalim. “Anak yatim adalah pihak yang harus dilindungi dan diberi hak-haknya, bukan dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi. Tindakan ini sangat dilarang dan dapat membawa kerusakan dalam tatanan sosial,” tambahnya.

Lari dari medan perang saat diwajibkan untuk berjihad juga disebutkan sebagai jurang kehancuran yang harus dihindari. Pathurahman mengajak seluruh jamaah untuk memiliki rasa tanggung jawab dan berani berkorban demi agama dan negara.

Yang terakhir, menuduh perempuan yang suci berzina tanpa bukti yang sah adalah perbuatan yang sangat tercela. Pathurahman menegaskan bahwa menuduh tanpa bukti tidak hanya merusak kehormatan individu tetapi juga merusak tatanan moral masyarakat.

Pathurahman menutup tausiah dengan ajakan untuk menjadikan bulan Ramadhan sebagai momen untuk introspeksi diri. “Ramadhan adalah waktu yang penuh dengan ampunan. Mari kita perbaiki diri, hindari tujuh jurang kehancuran ini, dan raih keberkahan dari Allah,” ujarnya.

Acara tausiah ini diakhiri dengan doa bersama agar seluruh warga madrasah senantiasa diberikan kekuatan untuk menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan dijauhkan dari segala bentuk kebinasaan.

Penulis/Foto : Humas